Bacaan Firman Tuhan "Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka
firman TUHAN datang kepadanya, demikian: "Apakah kerjamu di sini, hai
Elia?"(ay.9)
Berbagai
kegagalan dan hidup yang berat dapat membawa orang ke arah putus asa. Saat
seseorang berputus asa, dunia serasa hampa dan masa depan seolah-olah tiada.
Kondisi seperti itulah yang dialami nabi Elia.
Elia baru
mengalami kemenangan yang gemilang melawan nabi-nabi Baal. Ia berharap agar
kemenangan itu dapat membuat seluruh rakyat Israel dan rajanya bertobat,
meninggalkan segala berhala, dan bersujud menyembah Allah. Sebelumnya Elia
sudah berulangkali memberitakan firman Tuhan kepada paduka raja, namun selama
itu hati raja Ahab tetap membaja. Ia terus menyerukan pertobatan, namun umat
Israel tetap berbuat dosa dan menyembah berhala. Kemenangan menghadapi
nabi-nabi Baal diharapkan Elia bisa menjadi momentum untuk membuat raja dan
seluruh umat bertobat.
Harapan Elia
tidak menjadi kenyataan. Kendatipun ia telah menurunkan api dari langit untuk
membakar korban persembahan dan mengalahkan nabi-nabi Baal, namun umat Israel
masih belum mau bertobat. Raja Ahab pun masih tetap mengeraskan hatinya. Ia
malah melaporkan peristiwa kekalahan nabi-nabi Baal di Gunung Karmel kepada
ratu Izebel.
Ratu Izebel
yang fanatik menyembah dewa Baal itu menjadi murka. Ia mengancam akan membunuh
Elia. Rupanya ancaman itu serius. Hal ini membuat Elia pergi menyelamatkan
nyawanya.
Sesampainya
di Betsyeba, Elia berhenti dan berdoa. Apa yang didoakannya? Ia berdoa minta
mati! Sungguh mengejutkan. Seorang hamba Tuhan yang luar biasa dan dikagumi
banyak orang justru berdoa minta mati (1 Raj. 19:4b).
Mengapa Elia
berdoa minta mati? Pada saat itu Elia mengalami keputusasaan. Keputusasaan itu
dikarenakan kulminasi dari beberapa sebab, yaitu: 1) Ia kecewa karena umat
Israel, khususnya raja Ahab tidak mau bertobat. 2) Ia mengira kerja kerasnya
selama ini hanyalah suatu kegagalan besar dan hanya tinggal dia sendiri yang
bersujud kepada Tuhan. 3) Ia dalam keadaan ketakutan karena ancaman dari ratu
Izebel yang hendak membunuhnya. Elia mengalami kekecewaan yang berat,
kesendirian yang menekan, dan ketakutan yang mendalam sehinga ia berputus
asa. Di dalam keputusasaan itu, Elia hanya melihat kepada diri sendiri dan
situasi yang ada. Ia merasa seolah-olah tidak ada harapan lagi. Itulah membuat
Elia berdoa minta mati.
Syukurlah,
ada Tuhan di tengah keputusasaan Elia. Tuhan mengasihi dan peduli pada Elia. Ia
tidak mencabut nyawa Elia, tetapi Ia datang untuk memberi pertolongan
kepadanya! Tuhan berkenan membangkitkan Elia dari keputusasaannya:
1) Ia memberikan istirahat, makan dan minum kepada Elia (1 Raj. 19:5-8).
Kebutuhan fisiknya diperhatikan.
2) Setelah Elia lebih kuat secara fisik, Ia bertanya kepada Elia, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (1 Raj. 19:9,13). Dengan itu Tuhan mau membangkitkan kesadaran Elia akan tugas dan panggilannya yang semula.
3) Tuhan memberi tugas baru kepada Elia untuk mengurapi tiga orang, yaitu Hazael menjadi Raja Aram, Yehu menjadi raja Israel, dan Elisa menjadi nabi yang akan menggantikannya (1 Raj. 19:15-16). Selain melayani, Elia harus mempersiapkan pengganti yang akan meneruskan pelayanannya. Visi dan misi Elia semakin diperjelas.
4) Ia memberitahu Elia bahwa ada 7000 orang yang tetap setia kepada Tuhan (1 Raj. 19:18). Tuhan meneguhkan hati Elia bahwa ia tidak sendiri.
2) Setelah Elia lebih kuat secara fisik, Ia bertanya kepada Elia, “Apa kerjamu di sini, hai Elia?” (1 Raj. 19:9,13). Dengan itu Tuhan mau membangkitkan kesadaran Elia akan tugas dan panggilannya yang semula.
3) Tuhan memberi tugas baru kepada Elia untuk mengurapi tiga orang, yaitu Hazael menjadi Raja Aram, Yehu menjadi raja Israel, dan Elisa menjadi nabi yang akan menggantikannya (1 Raj. 19:15-16). Selain melayani, Elia harus mempersiapkan pengganti yang akan meneruskan pelayanannya. Visi dan misi Elia semakin diperjelas.
4) Ia memberitahu Elia bahwa ada 7000 orang yang tetap setia kepada Tuhan (1 Raj. 19:18). Tuhan meneguhkan hati Elia bahwa ia tidak sendiri.
Elia bangkit.
Ia tidak lagi tenggelam dalam keputusasaannya. Ia kembali melayani Tuhan dengan
setia. Ia tidak lagi berfokus pada diri sendiri dan kesulitannya, tetapi
berfokus pada Tuhan. Dengan segenap hati ia melaksanakan tugas dan panggilan
dari Allah.
Semua orang
bisa jatuh kepada keputusasaan. Orang yang seteguh nabi Elia saja bisa jatuh
dalam keputusasaan. Oleh karena itu kita harus selalu mawas diri.
Orang yang
merasa dirinya kuat, justru rentan terhadap kejatuhan. Maka dari itu kita harus
senantiasa waspada dan berdoa agar tidak jatuh dalam menghadapi berbagai
pencobaan. Jika kita mengalami keputusasaan, segeralah sadar bahwa ada Tuhan.
Ia mengasihi, peduli dan mau menolong kita.
Ingatlah apa
yang dikatakan Rasul Paulus dalam Filipi 4:13: “Segala perkara dapat kutanggung
di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Amin...
Terimakasih Anda baru saja membaca Renungan Harian | Khotbah dari
Kitab 1 Raja-raja 19 : 1- 18 Panggilan Hati untuk menjadi pelayan Tuhan
Ditulis Oleh Parlindungan manurung
Semoga Renungan | Khotbah dari Kitab 1 Raja-raja 19 : 1- 18 Panggilan Hati untuk menjadi pelayan Tuhan ini Dapat mengkuatkan iman kita. Amin.. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Kitab 1 Raja-raja 19 : 1- 18 Panggilan Hati untuk menjadi pelayan Tuhan
Ditulis Oleh Parlindungan manurung
Semoga Renungan | Khotbah dari Kitab 1 Raja-raja 19 : 1- 18 Panggilan Hati untuk menjadi pelayan Tuhan ini Dapat mengkuatkan iman kita. Amin.. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Lebih menguatkan dan meneguhkan iman kepada Kristus Tuhan yg begitu peduli atas segala sesuatu yg kita alami
ReplyDelete