Bacaan Firman Tuhan " Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia ".
Dalam kehidupan nyata kita sering berjanji kepada orang lain maupun kepada anak kita sendiri, janji yang kita ucapkan kadangkala kita ingkari sebab ada ungkapan yang menyatakan janji untuk diingkari karena oleh itulah orang tidak takut lagi buat janji-janji kepada orang lain.
Melalui nas pada ayat 22 ini berbunyi “menghadap Allah secara terus
menerus.” Kalau bangsa Israel dahulu tidak bisa langsung masuk ke ruang
maha kudus dan hanya diwakili oleh imam besar setahun sekali, sekarang
kita harus menghargai jalan yang baru dan yang hidup dengan cara
terus-menerus mendekat pada Allah. Kita tidak boleh sampai lupa untuk
berbakti. Sudah merupakan pemberian bagi setiap orang untuk hidup dalam
dua dunia, yaitu dunia ini dengan ruang lingkup dan waktunya, dan dunia
setelah kematian. Bahayanya ialah ketika kita begitu terlibat dalam
dunia yang sekarang ini sehingga melupakan dunia yang lain itu. Ketika
kita terlalu sibuk bekerja, sekolah, kuliah, dan bergaul sehingga kita
tidak punya waktu untuk bersekutu dengan Tuhan, berarti kita telah
menyia-nyiakan anugerah hidup kekal yang sudah tersedia bagi kita. Bila
hal ini yang terjadi, maka berubahlah. Sediakanlah waktu untuk
menghampiri Allah pada awal setiap hari, pada akhir setiap hari, dan di
tengah-tengah kesibukan kita.
Tuhan Yesus sudah memberi kemudahan bagi kita untuk menghadap Allah. Namun, kemudahan akses yang sudah diberkan oleh Yesus bukan berarti membuat kita boleh sembarangan mendekat kepada Allah. Setiap kali beribadah, kita mendekat kepada Allah yang kudus di tempat yang maha kudus, karena itu kita harus mendekat dengan hati nurani yang bersih. Hati nurani yang bersih, artinya tidak munafik, tidak memiliki akar pahit, melainkan dengan penuh kasih terhadap Tuhan dan sesama kita.
Tuhan Yesus sudah memberi kemudahan bagi kita untuk menghadap Allah. Namun, kemudahan akses yang sudah diberkan oleh Yesus bukan berarti membuat kita boleh sembarangan mendekat kepada Allah. Setiap kali beribadah, kita mendekat kepada Allah yang kudus di tempat yang maha kudus, karena itu kita harus mendekat dengan hati nurani yang bersih. Hati nurani yang bersih, artinya tidak munafik, tidak memiliki akar pahit, melainkan dengan penuh kasih terhadap Tuhan dan sesama kita.
Pada ayat 23 dikatakan “ Marilah
kita terus menerus memegang erat pengakuan pengharapan tanpa goyah,
karena Dia yang telah menjanjikannya adalah setia.” Kita adalah anggota
Allah jika erpegang teguh pada keyakinan kita. Kita akan mengambil
bagian di dalam Kristus apabila teguh berpegang pada keyakinan iman.
Pengharapan harus terus dipegang karena ini adalah sauh yang kuat dan
aman bagi jiwa kita. Artinya janganlah kita sampai melepaskan diri dari
apa yang kita imani. Suara-suara yang sinis boleh mencoba mengambil
kepercayaan kita; orang-orang yang materialistis dengan segala
argumentasinya boleh mencoba membuat kita lupa akan Allah;
peristiwa-peristiwa hidup boleh secara beruntun menggoncangkan iman
kita. Namun kita harus tetap berpegang teguh pada iman yang tidak dapat
dikendorkan oleh apapun. Kita harus belajar melihat pada pemberi janji,
yakni Allah yang setia, bukan pada situasi disekeliling kita
Pada Ayat 24 dikatakan Kita juga harus saling terus menerus memperhatikan antar
saudara seiman sebagai instrumen untuk menguatkan dan dikuatkan dalam
memegang erat pengakuan pengharapan. Dunia ini penuh dengan orang-orang
yang dapat melemahkan semangat. Namun kita mempunyai tugas kristiani
untuk saling membangkitkan semangat. Seringkali sepatah kata pujian atau
terima kasih atau penghargaan telah dapat menguatkan seseorang.
Tindakan saling memperhatikan untuk membangkitkan kasih dan perbuatan baik tidak akan tercapai apabila kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Sebaliknya, kita harus menasehati satu dengan yang lain. Ibadah orang Kristen bukan hanya memiliki aspek vertikal (kita dengan Allah), tetapi aspek horizontal (kita dengan saudara seiman). Kita perlu saling membangun karena kita adalah tubuh Kristus.
Tindakan saling memperhatikan untuk membangkitkan kasih dan perbuatan baik tidak akan tercapai apabila kita menjauhkan diri dari pertemuan ibadah. Sebaliknya, kita harus menasehati satu dengan yang lain. Ibadah orang Kristen bukan hanya memiliki aspek vertikal (kita dengan Allah), tetapi aspek horizontal (kita dengan saudara seiman). Kita perlu saling membangun karena kita adalah tubuh Kristus.
Melalui nas ini kita diingatkan kembali untuk pertama, menghadap Allah
dengan hati nurani yang bersih. Kedua, untuk memegang teguh pengakuan
pengharapan. Dan yang ketiga, untuk saling memperhatikan antar saudara
seiman. Lakukanlah ketiga hal ini dengan setia sepanjang tahun ini dan
tahun-tahun berikutnya karena 2 Sam. 22:26 mengatakan, terhadap orang
yang setia Allah akan berlaku setia. Amin.....
Terimakasih Anda baru saja membaca Renungan Harian | Khotbah dari
Kitab Ibrani 10 : 22 - 24 Teguh Berpegang Pengharapan.
Ditulis Oleh Parlindungan manurung
Semoga Renungan | Khotbah dari Kitab Ibrani 10 : 22 - 24 Teguh Berpegang Pengharapan. ini Dapat mengkuatkan iman kita. Amin.. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Kitab Ibrani 10 : 22 - 24 Teguh Berpegang Pengharapan.
Ditulis Oleh Parlindungan manurung
Semoga Renungan | Khotbah dari Kitab Ibrani 10 : 22 - 24 Teguh Berpegang Pengharapan. ini Dapat mengkuatkan iman kita. Amin.. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Belum ada tanggapan untuk "Ibrani 10 : 22 - 24 Teguh Berpegang Pengharapan."
Post a Comment